PERNIK UNIK DARI LIMBAH KAYU DAN GABAH
Oleh Anastasia Lilin Y - Selasa, 15 Desember 2009 | 19:00 WIB | Sumber
Tak semua limbah berujung
di tempat sampah. Di tangan orang yang jeli lagi kreatif, bahan limbah
bekas industri mebel kayu dan kulit padi kering mampu menghasilkan
kerajinan yang menarik. Karena tak ada biaya bahan baku, usaha kerajinan
ini mendatangkan fulus yang lumayan.
Kreatif dan jeli melihat peluang bisnis
adalah modal yang dibutuhkan seorang pelaku usaha. Salah seorang perajin
asal Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, memanfaatkan limbah kayu dan
kulit padi yang banyak tersedia di daerahnya.
Memakai bendera Galuh Kirana, Maryuki
mulai menggeluti kerajinan berbahan limbah ini sejak 2006 silam. Dia
hanya menggelontorkan modal Rp 100.000. Sebagian duit ini ia gunakan
untuk mengongkosi temannya yang merakit alat penghalus atau pengamplas
bertenaga listrik. “Bahan limbah tak perlu beli karena di tempat saya
banyak dan dibuang-buang,” terang Maryuki.
Ide membuat kerajinan berbahan limbah
muncul kala ada pelanggan yang meminta Maryuki membuatkan barang
kerajinan. Pelanggan ini merupakan bekas pelanggan keramik buatan
Maryuki. Ya, sebelum terjun di kerajinan berbahan limbah, Maryuki
menekuni kerajinan keramik sejak 1998. Namun, karena permintaan keramik
tidak bagus, usaha ini berhenti.
Nah, melihat di sekitar rumahnya banyak
serutan kayu limbah usaha mebel, Maryuki memiliki ide untuk memanfaatkan
limbah tersebut. Selain kayu, ia juga bereksperimen membuat kerajinan
dari kulit beras atau gabah kering. Maryuki mendapatkan semua
bahan-bahan ini secara cuma-cuma.
Selain limbah kayu atau gabah, Maryuki
butuh resin dan sedikit palk. Untuk membuat patung, misalnya, langkah
pertama, ia membuat cetakan memakai bahan silikon, lengkap dengan
detil-detilnya.
Kemudian bahan resin yang telah dicampur
dengan sedikit palk dicetak menggunakan cetakan berbahan silikon
tersebut. Sementara, bahan limbah berupa serutan kayu atau gabah tadi
dituang ke dalam patung tersebut agar patung padat dan tak berlubang.
Patung dengan tema Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan pesawat tempur
merupakan salah satu patung andalan Maryuki.
Selain patung, Maryuki juga suka membikin
relief dan asbak. Untuk asbak, Maryuki memilih bahan resin yang
transparan agar tekstur bahan limbah yang ada di dalamnya tetap
terlihat.
Kini, Maryuki mempekerjakan lima karyawan
dan sejumlah pekerja tidak tetap yang berasal dari kalangan remaja
karang taruna dan pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang sedang
magang. Ia membayar tenaga kerja ini antara Rp 15.000 sampai Rp 25.000
per hari.
Harga jual produk Maryuki cukup
bervariasi. Harga patung yang tersedia dalam tiga ukuran tinggi, yakni
10 centimetar (cm), 30 cm, dan 40 cm, antara Rp 5.000 sampai Rp 40.000
per unit. Sementara produk relief dan asbak dijual antara Rp 10.000
sampai Rp 30.000 per unit.
Maryuki menjual barang-barang produksinya
ini kepada bekas pelanggan keramiknya yang tersebar di Yogyakarta,
Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Dalam sebulan, Maryuki bisa memproduksi
patung prajurit TNI ukuran sedang sampai 500 unit. Jika ditotal dengan
ukuran yang lain plus kerajinan di luar patung, produksi barang per
bulan mencapai ribuan unit.
Dengan hanya menghitung hasil penjualan
patung ukuran sedang saja, per bulan, Maryuki mampu menangguk omzet
hingga Rp 12,5 juta. Ini dengan asumsi Maryuki menjual patung itu
seharga Rp 25.000. “Keuntungan saya maksimal sepertiganya,” aku pria
lulusan Sekolah Menengah Seni rupa (SMSR), Yogyakarta ini.
Sejauh ini, Maryuki mengaku, kendala
utama yang ia hadapi adalah keterbatasan modal. Pria yang hobi fotografi
ini memendam keinginan untuk mengembangkan usahanya. Dia berkeinginan
menempatkan produknya di sejumlah toko-toko suvenir di Yogyakarta dengan
sistem bagi hasil atau konsinyasi.
0 komentar:
Posting Komentar